Tuesday, May 24, 2011

Who's Care?!

Ketika saya menulis tulisan ini saya baru saja pulang dari makan malam di luar.  Kejadian menarik yang saya alami malam ini cukup membuat opini baru tentang peraturan mungin daerah mungkin negri ini.  Mungkin banyak diantara kita melihat tuna wisma berkeliaran dijalanan saya setuju jika kita menyayangkan hal ini terjadi.  Hal yang lebih saya sayangkan terjadi ketika melihat seorang bapak paruh baya berkeliaran tengah malam di jalanan.  Dengan barang - barang yang didapatnya dari jalan atau tong sampah terselimut di seluruh tubuhnya.  Rambutnya tidak terurus jangankan untuk dipotong dicuci saja tidak.  Jenggot putihnya memenuhi sebagian muka, matanya sayu dan tatapannya kosong.  Mungkin bisa diambil kesimpulan bapak tua ini mengalami gangguan jiwa.  Hal yang terlintas difikiran saya pertama kali adalah 'dimana keluarganya?' namun kepada siapa saya harus bertanya.  Keadaan malam itu gelap dan bapak tua itu hanya duduk sendiri di halte yang lampunya redup sambil mengunyah sesuatu dari kantong-kantong sampah pungutannya.  Tatapannya yang menunjukkan rasa takut ketika saya dan adik kos saya mendekati memberi sebungkus nasi cukup membuat saya dan adik kos saya tahu bahwa keadaannya tidak baik mungkin secara psikis.  Saya hanya menyayangkan hal ini terjadi seandainya saja keluarga bapak tersebut masih ada maka betapa teganya menelantarkan orang tua seperti itu dijalan, jika pun tidak ada maka pemerintah lah yang tega membuat orang tua seperti bapak tersebut bernasip memilukan. Cobalah renungkan sedikit saja betapa memilukannya jika hal tersebut terjadi pada diri kita atau terjadi pada orang tua kita ataupun keluarga kita.  Tuhan menciptakan kita didunia ini untuk saling membantu, menyayangi dan hidup berdampingan maka seharusnya hal seperti itu tidak akan pernah terjadi.


Watak dari Bentuk Muka

Dimuka bumi ini beredar manusia dengan berbagai macam bentuk dan setiap bentuk tersebut memiliki berbagai sifat pula. Bentuk muka sebagai penciri setiap manusia juga dapat menjadi penciri sifat atau watak dari manusia tersebut. Agak sok tahu memang jika meraba sifat seseorang dari bentuk mukannya. Namun, jika dilihat dari biologisnya seseorang yang memiliki sifat pemarah akan lebih sering membutuhkan energi lebih untuk meluapkan amarahnya sehingga berdampak pula terhadap urat muka atau saraf di bagian mukanya yang lama kelamaan akan menarik garis tersendiri pada wajahnya. Seorang pemikir contoh lainnya dalam jangka waktu tertentu akan memiliki banyak kerutan di antara alis matanya dan keningnya. Secara garis besar dapat dilihat bagaimana sifat dan watak dari seseorang. Meskipun watak seseorang dapat dilihat dari bentuk mukanya mengenai apa yang membuat ia menjadi marah atau membuat ia berfikir tentunya kita harus mengenalinya secara pribadi terlebih dahulu.

Saturday, May 21, 2011

Antara Hitam

I. Menikmati Hidup

“Teeeeeet..teeeeeeeeeeet...” bel pintu berbunyi dan kuletakkan kain lap diatas meja kicthen set dan bergegas kearah pintu. Aku lihat dimonitor sesosok laki-laki yang tak asing lagi di mataku dan selalu membuat perasaan yang berbeda setiap kali melihatnya. Ia tersenyum kearah monitor itu seakan tahu kalau aku sedang memperhatikannya dari balik monitor sambil memperlihatkan sekeranjang buah kehadapan monitor. Akhirnya aku bergegas memutar kunci dan menarik pintu sehingga terbuka.

Biasanya Raka masuk langsung membuka pintu kali ini berbeda mungkin karena tangannya penuh terisi oleh keranjang buah itu.

“Aku dari ujung jalan depan kelihatannya manis” dengan muka manisnya sambil menyodorkan keranjang buah dari tangannya ke arah ku. “Dan ini” sambungnya mengeluarkan serangkai bunga dari tangan kanannya yang sedari tadi disembunyikan dibelakang.

“Oh..” spontan aku mengambil keranjang buah dan bunga yang disodorkan begitu indah oleh suamiku itu. Aku peluk tubuhnya yang kokoh dan dengan wanginya yang khas membuat seluruh dunia seakan tak ada artinya lagi ketika ia telah dekapanku. “Thank you” bisikku.

Ia pun mencium keningku dan menutup pintu lalu berjalan menuju meja belakang. Tempat dimana kami selalu bersama ketika sehabis pulang beraktivitas hampir setiap hari.

Aku membawakan ia segelas jus jeruk dingin yang telah aku siapkan dari tadi seperti biasa jika aku ada dirumah sebelum suamiku pulang.

“Ada apa yah kamu tumben gitu bawa bunga” tanyaku menghampiri dan menyodorkan jus jeruk tadi dan duduk di atas tangan sofa yang Ia duduki.

“Ingat kamu aja” jawabnya santai tapi dengan tatapan yang pasti membuat suatu percakapan lain yang terjadi melalui hati kalau ia sangat menyayangi aku. Entah dari mana rasa itu datang yang jelas aku meyakini hal tersebut.

Aku dan Raka hampir 3 tahun menikah, kami memang pasang muda yang belum memiliki anak tidak seperti pasangan muda yang lain yang dengan mudah mendapatkan buah hati. Namun hal itu selama ini tidak menjadi polemik yang harus dibeberkan apalagi dipersoalkan. Aku dan Raka sadar kalau perkawinan tidak hanya sebatas menghasilkan keturunan melainkan mengikat dua insan menjadi utuh dari kekurangan dan kelebihan antara keduanya.

“Weekend ini kamu ada kerja?” tanyaku sambil mengelus kepalanya lembut menunjukkan betapa sayangnya aku kepada suamiku itu.

“Sebenarnya ada, emang kamu mau kita kemana?” jawab Raka penasaran.

“Gak ada nanya kamu aja” walaupun sebenarnya hatiku berkata berbeda.

“Ayo dong gak papa, ya udah kita pergi aja. Kemana?” balas Raka seolah tahu apa yang sebenarnya ada dihatiku.

“Gak apa-apa?” jawabku mencari ketegasan

“Iya sayang, aku capek juga hampir dua bulan ini kita gak nikmati hidup” celetuknya.

Aku kecup keningnya dan aku bisikkan “Ih lebay banget” tersenyum kearahnya. “Iya aku pengen kita keluar dinner, atau apa kek sebenarnya aku gak punya planning juga cuma pengen keluar berdua aja” sambungku lagi.

“Hmmm...bosen?” tanya Raka balik

Aku hanya tersenyum dan menarik sofa kecil disamping lalu duduk diatasnya.

“Oke kita dinner aja selama seminggu, gimana?” celetuknya

“Kamu niat gak sih? Aku bilang juga gak papa kok ..” belum sempat aku menyelesaikan kata-kataku Raka menarik tanganku.

“Aku dapat promosi jabatan dan tumben-tumbennya dikasih libur satu minggu” dengan mata yang berbinar seolah menjelaskan mengapa hari ini Ia begitu senang.

“Apa?..serius?” sahutku tidak percaya.

Raka hanya tersenyum dan itu cukup membuatku yakin dengan apa yang dikatakannya.

“Selamat yah” aku memeluknya kembali

“Itu semua karena kamu sayaang” jawabnya “Kamu motivasi aku” lanjutnya lagi.

“Bisa aja kamu” sahutku.

Dunia di malam itu sangat indah terasa hingga aku tidak dapat menghkawatirkan apa-apa lagi selain membuat Raka tersenyum dan selalu disampingnya.

***

Pagi itu seakan menjadi pagi yang panjang karena sudah pukul 9 pagi Aku dan Raka belum beranjak dari tempat tidur dan masih dengan selimut lembut yang menyelimuti.

Aku hanya melihat muka suamiku itu lekat-lekat dan terasa tidak ada perbedaan yang jelas dengan 5 tahun yang lalu ketika kita masih pacaran. Begitu muka yang aku banggakan.

Mata, bibir, alis semuanya seakan sempurna sesempurna cinta yang aku miliki.

Aku kecup matanya lembut lalu ia terbangun dan melihat kearahku sambil tersenyum.

“Gak ngantor?” Candaku sambil membuka kelopak matanya sehingga tampak kedua bola matanya lalu tertawa sendiri karenanya.

“Iya aku telat udah deh tidur aja”

Lalu tertawa bersama.

Hari itu tidak ada satupun kegiatan yang terlintas dikepalaku hanya bermalasan. Pagi hari yang biasanya dimulai dari pukul setengah 6 sekarang hampir mendekati pukul 10 Aku dan Raka belum beranjak dari tempat tidur.

“So, what should we do honey?” tanyaku

“Gak ada anggap aja kita bulan madu keempat, kelima atau keenam.” Celetuknya dan kembali memelukku.

Aku ingat bulan madu kita yang pertama tertunda ketika itu Raka mendapat tawaran kerja di kantornya dan kita sepakat menundanya untuk lain kesempatan. Jadi setiap ada kesempatan libur kita namai bulan madu dan waktu itu kita pergi ke Singapore walau hanya 3 hari saja. Bulan madu ketiga dihabiskan di rumah ibuku selama 5 hari dan tanpa kerjaan hanya menambah kerja ibu membersihkan rumah dan membuat sarapan.

Kali ini Raka menganggap ini adalah bulan madu keempat dan hanya dirumah saja. Bukan hal yang buruk sebenarnya hanya saja sedikit aneh. Tapi aku menyukainya karena aku juga cukup lama tidak berlama-lama di rumah berdua dengan Raka.

“Oke kalau gitu ayok” Aku tarik selimut dan memaksa Raka beranjak mengikutiku. “Meskipun bulan madu, kita juga harus makan kan sayang”

“Aaah...” Jawabnya malas

“Ayook!!” Perintahku dan berjalan ke dapur.

Sesampainya didapur Raka duduk di kursi bar mini dan hanya memperhatikanku membereskan makanan tadi malam yang masih berserakan.

“Hmmm... Males deh kamu yang buat sarapan, enak aja duduk gitu” perintahku manja.

“Apa hahhaa, ooh gak bisaa. Lanjut deh Yang ntar gak enak loh” tolaknya

“Biar aja aku udah laper gini” paksaku

“Hufffhh..”Raka beranjak dari tempat duduk dan mengambil tempat didekatku lalu menggelitik tubuhku hingga aku menjerit-jerit kegelian.

“Hmmm.. ini buat istri pemalas kayak kamu” Godanya menyerangku.

“Aaaa...Ampun Yang .. udaah !!” Pekik ku

“Teet..teet..teet”tiba-tiba bel berbunyi sehingga menghentikan Aku dan Raka lalu kami saling berpandangan.

Siapa yang datang pagi begini Aku masih mengenakan baju tidur dan Raka hanya memakai celana pendek. Jangankan untuk mandi menggosok gigi saja belum dan bel itu berbunyi.

Aku berlari masuk ke kamar dan meneriaki Raka “Buka Yang” sambil tertawa.

Terdengar dari dalam kamar suara laki-laki yang asing ditelingaku sedang berbicara dengan Raka di pintu. Entah pembicaraan apa yang mereka bicarakan. Aku hanya mendengarkan hingga suara itu tidak ada lagi dan diakhiri dengan suara pintu yang ditutup.

“Sayaang!!” panggil Raka dari ruang tengah “Sini deh”

Aku beranjak dari kamar dan menghampiri Raka dengan hati bertanya-tanya.

“Siapa?” tanyaku.

“Ini “ Raka menyodorkan kunci terlihat seperti kunci mobil karena sedikit berbeda dengan kunci motor pada umumnya.

“Mobil? Siapa?” tanyaku heran.

“Kita”

“Udah deh “ sanggahku.

“Iya, kan aku bilang aku dapat promosi”

“Tapi bukan berarti dapet mobil juga kan?”

“Iya”

“Apa?”

“Iya sayang” Jawab Raka menegaskan “Dari kemaren tuh yah kamu gak percaya mulu”

Memang pagi yang mengejutkan tidak pernah sebelumnya aku merasa dikejutkan oleh Raka berturut-turut seperti ini.

“Punya kantor dong?” Tanyaku lagi

“Enak aja, aku nabung buat itu” Jawabnya santai dan beranjak ke dapur melanjutkan membuat sarapan.

“Trus mobilnya dimana?” tanyaku heran dan mengikuti Raka

“Didepan”

“Mobil kita dikemanain kalo gitu?” Aku berjalan kearah jendela dan memperhatikan ke jalan luar untuk mencari mobil yang dimaksud. “Yang mana Yang?” lanjutku sambil celingukan memperhatikan mobil yang diparkirkan didekat rumah. Ada sebuah mobil hitam keluaran Honda namun aku belum mempercayainya.

“Buka aja kuncinya yang mana yang respon”

Aku dengan bodoh mengikuti kata Raka dan mobil CRV hitam mengkilat berkedip lampunya merespon tombol kunci otomatis yang aku pegang. Sejenak aku kaget dan tertawa lalu aku tekan kembali untuk mengunci balik mobil itu.

Rumah kami memang tidak memiliki halaman yang luas sehingga dapat dengan jelas melihat kearah jalan dan dengan mudah memainkan kunci otomatis mobil dari dalam rumah.

“Kaya dong ya, emang ada duit untuk minyak nya? dua loh”

Raka hanya tersenyum membalas pertanyaanku.

Selama ini Raka menabung untuk membelikan Aku mobil, itu sebuah kejutan yang manis untuk wanita seperti Aku. Sebenarnya Aku tidak terlalu membutuhkan mobil untuk beraktifitas karena selama ini semua masih dapat Aku tangani sendiri. Pekerjaanku sebagai pelukis tidak menuntut banyak hal dan tidak juga menuntut untuk berpindah-pindah. Hanya imajinasi dan karya yang berarti menjadikan lukisan laku dan dipilih orang.

Raka tidak pernah membicarakan sebelumnya hal ini kepadaku entah sejak kapan ada niat atau fikiran itu Aku tidak tahu, yang jelas Aku bersyukur atas apa yang Aku dapat terutama suami seperti Raka.

“Jadi mau nyobain mobil baru gak?” tanya Raka dan memelukku dari belakang.

“Sarapannya?” candaku

“Udah siap nyonya” jawabnya dan menyodorkan roti panggang dan mengambil segelas susu dari meja.

Sarapan dipagi itu sederhana hanya roti panggang dengan selai coklat dan segelas susu itu pun segelas berdua dengan Raka. Keadaan itu sesederhana rasa cinta yang mengalir didalam diriku dan Aku harap begitu juga Raka.

Sesudah sarapan dan mandi Raka mengajakku mencoba mobil baru itu entah kemana. Hanya menikmati hidup, ya hanya menikmati hidup berdua.

Aku teringat masa-masa pacaran dulu ketika pekerjaan dan tanggung jawab masih sedikit dipikul. Aku dan Raka sering menghabiskan liburan jalan-jalan terkadang hanya untuk menghabiskan bensin hingga malam tiba. Menikmati hidup seperti itulah yang sesungguhnya menurut Raka.

***

Seminggu telah berlalu aktifitas telah menunggu paling tidak hal nyata yang tampak hasil dari honey moon kali ini yaitu koleksi foto bertambah dan ruang tengah kini semakin ramai dengan foto-foto baru hasil jepretan asal yang menurutku banyak arti dari honey moon kali ini.

Foto muka Raka yang baru bangun tidur atau foto aku sedang menyisir rambut atau foto ketika aku duduk di CRV baruku. Hanya mengabadikan momen-momen sederhana yang indah itu kedalam sebuah benda statis namun penuh arti.

“Mbak, kemaren kemana aja?” tanya Mia seorang juniorku di sanggar tempat Aku bekerja.

“Gak ada menikmati hidup aja, gitu sih kata Raka” jawabku tersenyum.

“Iya, benar-benar nikmati hidup kayaknya sampe gak pake bus lagi kesini” celetuknya lagi tersenyum dan berjalan ke meja depan.

Aku tersenyum dan lanjut membereskan alat-alat yang sepertinya Bian mengambilnya tanpa menanyakannya dahulu kepadaku kemarin.

Bian adalah teman lebih tepatnya seniorku di sanggar ini. Ia yang mengenalkan sanggar ini sebelumnya dan mengajakku untuk menyalurkan semuanya disini. Sudah lebih 6 tahun Aku berkecimpung di sanggar ini semenjak Aku masih di bangku kuliah. Banyak hal yang telah Aku lewati disanggar ini termasuk momen ketika Raka yang melamarku atau paniknya menemukan Mia terjatuh ketika ketubannya mau pecah waktu Ia hamil atau ketika Aku mendapatkan telpon dari keluarganya Raka bahwa Ibunya meninggal. Semuanya terjadi di sanggar ini kesedihan dan kebahagiaan telah banyak terukir di sanggar ini yang menjadi saksi kehidupanku dan sebagian dari anggota sanggar yang lain.

Tidak terasa telah jam 12 siang dan Aku meletakkan alat lukisku dan beranjak dari ruanganku. Sebenarnya ruangan ini tidak intensif aku gunakan hanya sesekali Aku melukis diruanganku. Walaupun ruanganku tempat yang nyaman untuk melukis namun inspirasi datang dari mana saja dan kapan saja. Bahkan Aku pernah melukis didapur selama berhari-hari dan Raka hanya tersenyum melihat kerjaanku.

Diluar terlihat Mia sedang menelfon baby sitter anaknya memberi tahu kalau Ia akan segera pulang. Aku heran orang seperti Mia mau meninggalkan anaknya yang masih bayi itu hanya untuk pekerjaan yang sebenarrnya tidak harus Ia lakukan karena notabenenya Ia memiliki suami yang kaya. Tanpa kerjapun Ia dapat mencukupi kebutuhan hidupnya dan anaknya. Entah alasan apa mungkin sanggar ini sangat berarti bagi hidupnya, ya mungkin saja.

Tampak Mia telah selesai menelpon Aku mendekatinya. “Udah pulang sana,gak kasian Baim?” suruhku.

“Ia mbak, udah nangis aja kata baby sitternya” jawabnya “Mbak gak pulang?” tanyanya lagi.

“Gak deh Aku makan di depan aja” jawabku.

“Hmm, ya udah deh Mbak Aku duluan ya Mbak” pamit Mia

“Iya iya hati-hati” jawabku dan berjalan menuju pintu luar mengantar Mia dan sekaligus bermaksud untuk makan di cafe depan sanggar tempat makan biasa Aku dan anggota sanggar lain.

Baru beberapa langkah Aku meninggalkan pintu sanggar sebuah mobil yang tak asing lagi dipenglihatanku memarkirkan diri di pinggir jalan depan sanggar dengan plat nomor 4124 yang merupakan nama panggilanku “Ara”, Raka sengaja memesan plat nomor padahal waktu itu kami belum resmi menikah.

Raka keluar dari mobil tersebut lalu menghampiriku dan langsung mengecup keningku.

“Loh kok, napa kangen?” tanyaku ngasal.

“Ge er, tapi boleh juga deh” jawabnya “Mau kemana?” tanya Raka lagi.

“Makan di depan, kamu?” tanyaku

“Makan juga didepan” tersenyum manja kearahku.

Aku dan Raka hanya tersenyum dengan tingkah kami saat itu dan berjalan ke arah caffe. Karena tidak ada yang beda antara kami menikah dengan pacaran dulu masih terasa sama. Waktu pacaran dulu caffe depan sanggar ini juga sering kami kunjungi jika tidak memiliki waktu yang banyak untuk makan diluar asalkan kita mendapatkan best moment berdua setiap hari.

Sesampainya di caffe kami disambut dengan Bian yang sedari tadi telah sampai dan berbincang dengan dua orang temannya – mungkin, karena selama ini aku tidak pernah melihat kedua orang tersebut.

“Oy Ka, long time no see” sapanya ke Raka

“Hey, apa kabr lu?’ tanya Raka balik

“Gak liat lu se-fress ini gue?” jawabnya

“Bagus deh, gue kesana dulu yah” kata Raka mempercepat pembicaraan.

“Duluan yah Ian” pamitku dan tersenyum ke arah dua orang yang duduk disamping Bian.

Raka memang kurang menyukai Bian padahal Bian lah orang yang mengenalkan Raka denganku secara tidak langsung. Raka cemburu kepada Bian karena menurutnya Bian selalu ada ketika Aku sulit. Memang beberapa kali ketika aku mengalami kesulitan Bian orang pertama yang ada namun hanya beberapa kali. Namun hal itu yang membuat Raka terobsesi selalu ada disampingku termasuk hari ini Ia sempatkan makan siang jauh-jauh dari kantornya ke sanggar untuk makan siang bersamaku.

Aku duduk di kursi nomor tiga dari sudut belakang tempat itu yang sedikit lebih nyaman dari tempat lainnya untuk Aku dan Raka.

Raka memesan makanan dan tetap mengawasiku. Terlihat matanya yang masih melihat kearahku. Entah apa yang dia fikirkan, mungkin mengawasiku mungkin juga melihat apakah Aku mendapatkan kursi yang nyaman.

Raka membawa pesanannya dan pesanan untukku ke arah meja tempat Aku duduk yang Ia tahu persis apa yang aku pesan hingga tidak perlu ditanyakan terlebih dahulu.

“Udah sholat Yang?” tanyaku.

“Belum, kan belum masuk waktunya” sambil meletakkan pesananku ke hadapanku.

“Habis makan ke masjid yah” pintaku.

“Oke” jawabnya dan memakan makanannya.

Aku tidak mau mengungkit atau membicarakan perbincangan singkat Bian dan Raka tadi karena hanya akan membuang tenaga dan merubah mood menjadi 180 derajat jelek.

Menikmati makanan dihadapanku dan melihat suami yang Aku sayangi makan di depanku menjadi pilihan yang baik saat itu.

***

Sunday, May 1, 2011

Follow Me Down - 3OH!3


Take me take me outta here it makes me
Feel so, feel so na na nana na

Baby baby here we all crazy
You don’t have to worry na na nana na

So follow me down
Out of this town
Girl you’re moving way too slow
So follow me down, I’ll show you around
There’s a place we gotta go

Follow me, follow me
Fa la-la-la-la
Follow me, follow me
Fa la-la-la-la
oo wo oh
oo wo oh
oo wo oh oh
Fa la-la-la-la

Dancing, walking clock keeps on talking
They sing, they sing la la-la-la-la

Gentlemen and ladies, animals and babies
We sing, we sing na na na-na-na

So follow me down
Out of this town
Girl you’re moving way too slow
So follow me down, I’ll show you around
There’s a place we gotta go
Follow me, follow me
Fa la-la-la-la
Follow me, follow me
Fa la-la-la-la
oo wo oh
oo wo oh
oo wo oh oh
Fa la-la-la-la

Follow me, follow me
Fa la-la-la-la
Follow me, follow me
Fa la-la-la-la
oo wo oh
oo wo oh
oo wo oh oh
Fa la-la-la-la

Ahh ah oh
Ah ah ah oh
Ah ah ah oh oh

Ahh ah oh
Ah ah ah oh
Ah ah ah oh oh

Down down down down. Oh okay
Down, down. Down down. Oh, oh
Follow me, follow me
Fa la-la-la-la
Follow me, follow me
Fa la-la-la-la
oo wo oh
oo wo oh
oo wo oh oh
Fa la-la-la-la
Follow me, follow me
Fa la-la-la-la
Follow me, follow me
Fa la-la-la-la
oo wo oh
oo wo oh
oo wo oh oh
Fa la-la-la-la

Goodbye Days - Yui

Dakara ima ai ni yuku

So kimetanda

Po ketto no kono
Kyoku wo

Kimi ni kikasetai

Sottoboryu-mu wo agete..

Tashikamete
Mitayo

Oh goodbye days

Ima, kawaru ki ga suru…
Kinou made ni so long

Kakko yokunai…

Yasashisa ga soba ni
Aru kara

La la la la lovewith you

Katahou no
Earphone wo
Kimi ni watasu
Yukkuri to nagare
Komu
Kono shunkan
Umaku aisete imasu
Ka?

Tama ni mayou
Kedo

Oh good-bye days
Ima, kawari
Hajimeta…

Mune no oku…
All right…
Kakko yokunai…
Yasashisa ga soba ni
Aru kara

La la la la love with you

Dekireba kanashii…
Omoi nante…

Save You - Kelly Clarkson

I can tell

I can tell how much you hate this

And deep down inside you

Know it’s killing me

I can call

Wish you well and try to

Change this

But nothing I can say would

Change anything

Where were my senses?

I left them all behind

Why did I turn away?

Away

I wish I could save you

I wish I could say to you

I’m not going no where

I wish I could say to you

It’s gonna be alright

It’s gonna be alright

Didn’t mean

Didn’t mean to leave you

Stranded

Went away cause I didn’t

Want to face the truth

Reaching out

Reach for me

Empty handed

You don’t know if I care

You’re trying to find the proof

There were times I’d wonder

Could I have eased you pain?

Why did I turn away?

Away

I wish I could save you

I wish I could say to you

I’m not going nowhere

I wish I could say to you

It’s gonna be alright

It’s gonna be alright

It’s gonna be alright

Save you

It’s gonna be alright

I wish I could say to you

We

Can pretend nothing’s

Changed

Pretend it’s all the same

And there will be no pain tonight

It’s gonna be alright

It’s gonna be alright

It’s gonna be alright

Save you

It’s gonna be alright

I wish I could say to you

I’m not going nowhere

I wish I could say to you

It’s gonna be alright

It’s gonna be alright

It’s gonna be alright

Save you

I wish I could say to you

It’s gonna be alright

Oxygen - Colbie Caillat

I came apart inside a world
Made of angry people
I found a boy who had a dream
Making everyone smile
He was sunshine
I fell over
My feet like bricks under water
And how am I supposed to tell you how I feel?
I need oxygen

Oh baby, if I was your lady
I will make you happy
I'm never gonna leave, never gonna leave
Oh baby, I would be your lady
I am going crazy...for you

And so I found a state of mind
Where I could be speechless
I had to try it for a while
To figure out this feeling
This felt so right
Pull me upside
Down to a place where you've been waiting
And how am I supposed to tell you how I feel?
I need oxygen

Oh baby, if I was your lady
I will make you happy
I'm never gonna leave, never gonna leave
Oh baby, I would be your lady
I am going crazy...for you

And you don't wanna keep me waiting
Staring at my fingers
Feeling like a fool

Oh baby, I would be your lady
I would make you happy
I'm never gonna leave, never gonna leave
Oh baby, I would be your lady
I am going crazy
Yeah oh woah oh oh

Tell me what you want
Baby tell me what you need
Anything I ask, baby give it to me
Baby give it to me, give it to me

I came apart inside a world
Made of angry people
I found a boy who had a dream
Making everyone smile