Friday, March 1, 2013

I. Menikmati Hidup

“Teeeeeet..teeeeeeeeeeet...” bel pintu berbunyi dan kuletakkan kain lap diatas meja kicthen set dan bergegas kearah pintu. Terlihat dimonitor sesosok laki-laki yang tak asing lagi di mata Ara dan selalu membuat perasaan yang berbeda setiap kali melihatnya. Ia tersenyum kearah monitor itu seakan tahu kalau Ara sedang memperhatikannya dari balik monitor sambil memperlihatkan sekeranjang buah kehadapan monitor. Akhirnya Ara bergegas memutar kunci dan menarik pintu sehingga terbuka. Biasanya Raka masuk langsung membuka pintu kali ini berbeda mungkin karena tangannya penuh terisi oleh keranjang buah itu.
“Aku dari ujung jalan depan kelihatannya manis” dengan muka manisnya sambil menyodorkan keranjang buah dari tangannya ke arah Ara. “Dan ini” sambungnya mengeluarkan serangkai bunga dari tangan kanannya yang sedari tadi disembunyikan dibelakang.
“Oh..” spontan Ara mengambil keranjang buah dan bunga yang disodorkan begitu indah oleh suaminya itu. Ara memeluk tubuhnya yang kokoh dan dengan wanginya yang khas membuat seluruh dunia seakan tak ada artinya lagi ketika ia telah dekapan.
“Thank you” bisik Ara.
Ia pun mencium kening Ara dan menutup pintu lalu berjalan menuju meja belakang. Tempat dimana selalu bersama ketika sehabis pulang beraktivitas hampir setiap hari. Ara membawakan Raka segelas jus jeruk dingin yang telah Ara siapkan dari tadi seperti biasa jika Ara ada dirumah sebelum suaminya pulang.
“Ada apa yah kamu tumben gitu bawa bunga” tanya Ara menghampiri dan menyodorkan jus jeruk tadi dan duduk di atas tangan sofa yang Ia duduki
“Ingat kamu aja” jawabnya santai tapi dengan tatapan yang pasti membuat suatu percakapan lain yang terjadi melalui hati kalau ia sangat menyayangi istrinya itu. Entah dari mana rasa itu datang yang jelas Ara meyakini hal tersebut.
Ara dan Raka hampir 3 tahun menikah, kami memang pasang muda yang belum memiliki anak tidak seperti pasangan muda yang lain yang dengan mudah mendapatkan buah hati. Namun hal itu selama ini tidak menjadi polemik yang harus dibeberkan apalagi dipersoalkan. Ara dan Raka sadar kalau perkawinan tidak hanya sebatas menghasilkan keturunan melainkan mengikat dua insan menjadi utuh dari kekurangan dan kelebihan antara keduanya
“Weekend ini kamu ada kerja?” tanya Ara sambil mengelus kepalanya lembut menunjukkan betapa sayangnya Ara kepada suaminya itu.
“Sebenarnya ada, emang kamu mau kita kemana?” jawab Raka penasaran.
“Gak ada nanya kamu aja” walaupun sebenarnya hatinya berkata berbeda.
“Ayo dong gak papa, ya udah kita pergi aja. Kemana?” balas Raka seolah tahu apa yang sebenarnya ada dihati Ara.
“Gak apa-apa?” jawab Ara mencari ketegasan.
“Iya sayang, aku capek juga hampir dua bulan ini kita gak nikmati hidup” celetuknya. Ara mengecup kening Raka dan Ara bisikkan “Ih lebay banget” tersenyum kearahnya.
“Iya aku pengen kita keluar dinner, atau apa kek sebenarnya aku gak punya planning juga cuma pengen keluar berdua aja” sambung Ara lagi.
“Hmmm...bosen?” tanya Raka balik Ara hanya tersenyum dan menarik sofa kecil disamping lalu duduk diatasnya.
“Oke kita dinner aja selama seminggu, gimana?” celetuknya “Kamu niat gak sih? Aku bilang juga gak papa kok ..” belum sempat aku menyelesaikan kata-kataku Raka menarik tanganku. “Aku dapat promosi jabatan dan tumben-tumbennya dikasih libur satu minggu” dengan mata yang berbinar seolah menjelaskan mengapa hari ini Ia begitu senang. “Apa?..serius?” sahut Ara tidak percaya. Raka hanya tersenyum dan itu cukup membuat Ara yakin dengan apa yang dikatakannya. “Selamat yah” Ara memeluknya kembali. “Itu semua karena kamu sayaang” jawabnya “Kamu motivasi aku” lanjutnya lagi. “Bisa aja kamu” sahut Ara. Dunia di malam itu sangat indah terasa hingga Ara tidak dapat menghkawatirkan apa-apa lagi selain membuat Raka tersenyum dan selalu disampingnya.
***

No comments:

Post a Comment